Persaudaraanyang rukun itu selalu memberi kesejukan, kesegaran dan menjamin hidup tiap - tiap anggota persekutuan bahkan bagi orang - orang diluar persekutuan. Bagi kehidupan persekutuan seperti itulahTuhan berkenan dan Tuhan memerintahkan berkat kehidupan selama - lamanya.
MenguatkanTali Persaudaraan. Melalui sikap toleransi, setiap orang menghargai yang lainnya dan memberikan rasa kasih sayang yang sama terhadap setiap perbedaan. Dengan begitu, rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air pun akan semakin terpupuk. Setiap kelompok juga dapat terhindar dari berbagai jenis perpecahan.
Psalms133. Psa 133:1 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Psa 133:2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Psa 133:3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion.
PesanMazmur 133 tentang Persaudaraan. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Shalom!! Dari Gereja Protestan Maluku di Ambon, kami datang menyapa saudara-saudara melalui pemberitaan firman di hari ini. "Persaudaraan yang rukun. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.
Terciptanyahidup rukun akan membuat seseorang merasa aman, tenang, dan damai di mana pun keberadaannya. Sebab, tidak akan ada orang lain atau musuh yang berani mengganggu. 5. Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan. Sikap persatuan dan kesatuan harus dimiliki setiap manusia agar kehidupan bernegara berjalan sebagaimana semestinya.
lirik maula ya sholli wasallim daiman abada az zahir. 1-3. Apa hasilnya jika kita meniru teladan Yehuwa dalam menunjukkan kasih? ”LEBIH bahagia memberi daripada menerima.” Kisah 2035 Kata-kata Yesus tersebut menandaskan kebenaran yang penting ini Kasih yang tidak mementingkan diri mendatangkan imbalan tersendiri. Meskipun ada banyak kebahagiaan dalam menerima kasih, ada kebahagiaan yang bahkan lebih besar dalam memberikan, atau menunjukkan, kasih kepada orang lain. 2 Tidak ada yang memahami hal ini lebih baik daripada Bapak surgawi kita. Seperti yang kita lihat pada pasal-pasal sebelumnya dari bagian ini, Yehuwa adalah teladan kasih yang terunggul. Tak seorang pun pernah menunjukkan kasih dengan cara yang lebih besar atau selama kurun waktu yang lebih panjang daripada Yehuwa. Jadi, tidak mengherankan, bukan, jika Yehuwa disebut sebagai ”Allah yang bahagia”?—1 Timotius 111. 3 Allah kita yang pengasih menginginkan kita untuk berupaya menjadi seperti Dia, khususnya dalam menunjukkan kasih. Efesus 51, 2 memberi tahu kita, ”Tirulah Allah sebagai anak-anak yang dikasihi, dan teruslah mengasihi.” Jika kita meniru teladan Yehuwa dalam menunjukkan kasih, kita merasakan kebahagiaan yang lebih besar karena memberi. Kita juga merasa puas karena tahu bahwa kita menyenangkan Yehuwa, sebab Firman-Nya mendesak kita untuk ”mengasihi satu sama lain”. Roma 138 Namun, ada alasan-alasan lain lagi mengapa kita hendaknya ’terus mengasihi’. Mengapa Kasih Sangat Penting Kasih menggerakkan kita untuk menyatakan keyakinan terhadap saudara-saudara kita 4, 5. Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih yang rela berkorban kepada rekan seiman? 4 Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih kepada rekan seiman? Singkatnya, kasih adalah inti Kekristenan sejati. Tanpa kasih, kita tidak bisa memiliki ikatan yang erat dengan rekan-rekan Kristen, dan terlebih penting lagi, kita tidak berharga dalam pandangan Yehuwa. Perhatikanlah bagaimana Firman Allah menandaskan kebenaran-kebenaran tersebut. 5 Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, Yesus berkata kepada para pengikutnya, ”Aku memberi kalian perintah baru ini Kasihi satu sama lain. Seperti aku sudah mengasihi kalian, kalian juga harus mengasihi satu sama lain. Kalau kalian saling mengasihi, semua orang akan tahu bahwa kalian muridku.” Yohanes 1334, 35 ”Seperti aku sudah mengasihi kalian”—ya, kita diperintahkan untuk menunjukkan jenis kasih seperti yang Yesus perlihatkan. Di Pasal 29, kita memperhatikan bahwa Yesus memberikan teladan yang mengagumkan dalam hal mempertunjukkan kasih yang rela berkorban, mendahulukan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Kita juga harus mempertunjukkan kasih yang tidak mementingkan diri, dan kita harus melakukannya dengan sangat nyata sehingga kasih kita terlihat jelas bahkan oleh orang-orang di luar sidang Kristen. Ya, kasih persaudaraan yang rela berkorban adalah tanda yang mengidentifikasi kita sebagai pengikut Kristus yang sejati. 6, 7. a Bagaimana kita tahu bahwa Firman Yehuwa menjunjung tinggi pentingnya menunjukkan kasih? b Kata-kata Paulus yang dicatat di 1 Korintus 134-8 memusatkan perhatian pada aspek kasih yang mana? 6 Bagaimana jika kita kurang memiliki kasih? ”Kalau saya . . . tidak punya kasih,” kata Rasul Paulus, ”saya sama saja seperti gong atau simbal yang berisik.” 1 Korintus 131 Gong atau simbal yang berisik sama-sama menghasilkan suara yang bising. Benar-benar ilustrasi yang cocok! Orang yang tidak memiliki kasih bagaikan alat musik yang bunyinya nyaring dan cempreng, yang bukannya membuat orang tertarik tetapi malah menghindar. Bagaimana mungkin orang seperti itu akrab dengan orang lain? Paulus juga mengatakan, ”Kalau saya . . . punya iman yang sangat kuat sehingga bisa memindahkan gunung, tapi tidak punya kasih, saya tidak ada apa-apanya.” 1 Korintus 132 Coba bayangkan, orang yang tidak memiliki kasih adalah orang yang ”sama sekali tidak berguna”, tidak soal apa pun yang dia lakukan! Terjemahan Baru-LAI Tidakkah jelas bahwa Firman Yehuwa menjunjung tinggi pentingnya menunjukkan kasih? 7 Namun, bagaimana kita dapat menunjukkan sifat ini sewaktu berurusan dengan orang lain? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita cermati kata-kata Paulus yang terdapat di 1 Korintus 134-8. Ayat-ayat ini bukan menekankan kasih Allah kepada kita ataupun kasih kita kepada Allah. Sebaliknya, Paulus memusatkan perhatian pada bagaimana kita hendaknya menunjukkan kasih kepada satu sama lain. Dia menjabarkan beberapa hal yang merupakan kasih dan beberapa hal yang bukan merupakan kasih. Apa Kasih Itu 8. Bagaimana kesabaran membantu kita dalam berurusan dengan orang lain? 8 ”Orang yang punya kasih itu sabar.” Itu berarti dia dengan sabar menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan terhadap orang lain. Kolose 313 Bukankah kita membutuhkan kesabaran demikian? Karena kita adalah makhluk-makhluk tak sempurna yang melayani bahu-membahu, kita berpikir realistis jika mengantisipasi bahwa adakalanya, saudara Kristen kita mungkin menyakiti kita dan kita mungkin melakukan hal yang sama kepada mereka. Namun, kesabaran dan pengekangan diri dapat membantu kita menanggulangi gesekan-gesekan dan benturan-benturan kecil yang kita alami sewaktu berurusan dengan orang lain—tanpa mengganggu kedamaian sidang. 9. Dengan cara apa saja kita dapat menunjukkan kebaikan hati kepada orang lain? 9 ”Orang yang punya kasih itu . . . baik hati.” Kebaikan hati ditunjukkan melalui tindakan yang bermanfaat dan perkataan yang penuh timbang rasa. Kasih menggerakkan kita mencari cara untuk menunjukkan kebaikan hati, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan. Misalnya, seorang rekan seiman yang lanjut usia mungkin kesepian dan perlu dijenguk guna membesarkan hatinya. Seorang ibu tanpa suami atau seorang saudari yang hidup dalam rumah tangga yang terbagi secara agama mungkin perlu bantuan tertentu. Seseorang yang sedang sakit atau menghadapi kesengsaraan tertentu mungkin perlu mendengar kata-kata yang simpatik dari seorang sahabat yang setia. Amsal 1225; 1717 Jika kita berinisiatif untuk menunjukkan kebaikan hati dengan cara-cara demikian, kita memperlihatkan ketulusan kasih kita.—2 Korintus 88. 10. Bagaimana kasih membantu kita menjunjung kebenaran dan berbicara dengan jujur, bahkan sewaktu tidak mudah bagi kita untuk melakukannya? 10 ’Orang yang punya kasih bergembira karena hal-hal yang benar.’ Terjemahan lain berbunyi, ”Kasih . . . senang bersisian dengan kebenaran.” Kasih menggerakkan kita untuk menjunjung kebenaran dan ’jujur saat berbicara kepada orang lain’. Zakharia 816 Misalnya, jika seseorang yang kita kasihi terlibat dalam dosa serius, kasih kepada Yehuwa—dan kepada orang yang berbuat salah tersebut—akan membantu kita berpegang pada standar-standar Allah dan bukannya berupaya menyembunyikan, membenarkan, atau bahkan berdusta tentang perbuatan salah tersebut. Memang, mungkin sulit untuk menerima kenyataan. Namun, kita ingin orang yang kita kasihi tersebut menerima dan menyambut suatu pernyataan disiplin yang pengasih dari Allah, mengingat semua itu demi kebaikan dia. Amsal 311, 12 Sebagai orang Kristen yang pengasih, kita juga berkeinginan untuk ”berlaku jujur dalam segala hal”.—Ibrani 1318. 11. Karena orang yang punya kasih ”menanggung segala beban”, kita hendaknya berupaya melakukan apa sehubungan dengan kelemahan rekan-rekan seiman? 11 ”Orang yang punya kasih menanggung segala beban.” Ungkapan tersebut secara harfiah berarti ”menutupi segala sesuatu”. Kingdom Interlinear Satu Petrus 48 menyatakan, ”Orang yang memiliki kasih selalu rela memaafkan.” Ya, seorang Kristen yang dibimbing oleh kasih tidak berminat membeberkan semua ketidaksempurnaan dan kelemahan saudara-saudara Kristennya. Dalam banyak kasus, kekeliruan dan kesalahan rekan-rekan seiman bersifat sepele dan dapat ditutupi oleh kasih.—Amsal 1012; 179. 12. Bagaimana Rasul Paulus memperlihatkan bahwa dia percaya akan yang terbaik sehubungan dengan Filemon, dan apa yang dapat kita pelajari dari teladan Paulus? 12 ”Orang yang punya kasih . . . percaya segala sesuatu.” Terjemahan Moffatt mengatakan bahwa kasih ”selalu ingin sekali memercayai yang terbaik”. Kita tidak boleh menaruh kecurigaan yang berlebihan terhadap rekan-rekan seiman, meragukan setiap motif mereka. Kasih membantu kita untuk ’percaya yang terbaik’ sehubungan dengan saudara-saudara kita dan menaruh keyakinan kepada mereka. a Perhatikanlah sebuah contoh yang terdapat dalam surat Paulus kepada Filemon. Paulus menulis surat tersebut untuk menganjurkan Filemon agar menerima dengan senang hati kepulangan Onesimus, budak yang melarikan diri, yang telah menjadi seorang Kristen. Ketimbang berupaya memaksa Filemon, Paulus menyampaikannya berdasarkan kasih. Dia menyatakan keyakinannya bahwa Filemon akan melakukan tindakan yang benar, dengan mengatakan, ”Aku yakin bahwa kamu akan setuju, maka aku menulis ini kepadamu, karena aku tahu bahwa kamu akan berbuat lebih banyak daripada yang kukatakan.” Ayat 21 Jika kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan keyakinan semacam itu terhadap saudara-saudara kita, kita mengembangkan sifat-sifat terbaik mereka. 13. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita mengharapkan yang terbaik bagi saudara-saudara kita? 13 ”Orang yang punya kasih . . . selalu punya harapan.” Kasih itu penuh kepercayaan, dan juga penuh harapan. Karena dimotivasi oleh kasih, kita mengharapkan yang terbaik bagi saudara-saudara kita. Sebagai contoh, jika seorang saudara ”salah langkah dan belum menyadarinya”, kita berharap dia akan menyambut upaya-upaya pengasih untuk menyesuaikan dia kembali. Galatia 61 Kita juga berharap bahwa orang-orang yang imannya lemah akan pulih kembali. Kita bersabar terhadap orang-orang demikian, melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka agar imannya menjadi kuat. Roma 151; 1 Tesalonika 514 Bahkan, jika seseorang yang kita kasihi tersesat, kita tidak berhenti berharap bahwa suatu hari nanti dia akan sadar dan kembali kepada Yehuwa, sebagaimana anak yang hilang dalam perumpamaan Yesus.—Lukas 1517, 18. 14. Dengan cara apa saja ketekunan kita mungkin diuji di dalam sidang, dan bagaimana kasih akan membantu kita menanggapinya? 14 ”Orang yang punya kasih . . . bertekun menghadapi segala sesuatu.” Ketekunan memungkinkan kita berdiri teguh menghadapi kekecewaan atau penderitaan. Ujian-ujian ketekunan tidak hanya datang dari luar sidang. Adakalanya, kita mungkin diuji dari dalam. Karena tidak sempurna, saudara-saudara kita kadang-kadang mengecewakan kita. Pernyataan yang tidak dipikir lebih dahulu bisa menyakiti perasaan kita. Amsal 1218 Bisa jadi, suatu persoalan sidang tidak ditangani sebagaimana yang menurut kita semestinya dilakukan. Tingkah laku seorang saudara yang disegani mungkin mengesalkan, membuat kita berpikir, ’Masa orang Kristen tingkahnya begitu?’ Sewaktu menghadapi situasi-situasi demikian, apakah kita akan menjauh dari sidang dan berhenti melayani Yehuwa? Tidak, jika kita mempunyai kasih! Ya, kasih mencegah kita menjadi sedemikian dibutakan oleh kelemahan seorang saudara sehingga tak dapat lagi melihat hal-hal baik dalam diri saudara tersebut atau dalam sidang secara keseluruhan. Kasih memungkinkan kita tetap setia kepada Allah dan mendukung sidang tidak soal apa pun yang dikatakan atau dilakukan oleh manusia tak sempurna lainnya.—Mazmur 119165. Apa yang Bukan Kasih 15. Mengapa kita tidak boleh merasa iri terhadap orang lain, dan bagaimana kasih bisa membantu kita? 15 ”Orang yang punya kasih . . . tidak iri hati.” Kita tidak boleh merasa iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain, seperti harta, berkat yang mereka dapatkan, atau kesanggupan mereka. Iri hati adalah emosi yang egois dan bersifat merusak yang, jika tidak dikendalikan, dapat merusak kedamaian sidang. Apa yang akan membantu kita melawan kecenderungan untuk iri? Yakobus 45 Jawabannya adalah kasih. Sifat yang berharga ini memungkinkan kita bersukacita bersama orang yang tampaknya memiliki beberapa keberuntungan hidup yang tidak kita miliki. Roma 1215 Kasih membantu kita untuk tidak merasa terhina apabila seseorang dipuji atas kesanggupannya yang unggul atau hasil kerjanya yang menonjol. 16. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudara kita, mengapa kita tidak akan membualkan apa yang kita lakukan dalam melayani Yehuwa? 16 ”Orang yang punya kasih . . . tidak membanggakan diri, tidak menjadi sombong.” Kasih mencegah kita memamerkan bakat atau prestasi kita. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudara kita, bagaimana mungkin kita terus-terusan membanggakan kesuksesan kita dalam dinas atau tugas-tugas tambahan kita di sidang? Bualan semacam itu dapat mengecilkan hati orang lain, membuat mereka merasa rendah diri. Kasih tidak membuat kita membanggakan diri karena tugas-tugas yang Allah berikan kepada kita. 1 Korintus 35-9 Lagi pula, kasih ”tidak menjadi sombong”, atau seperti The New Testament in Modern English katakan, kasih tidak ”membanggakan gagasan yang dibesar-besarkan demi kepentingannya sendiri”. Kasih mencegah kita memandang diri kita lebih tinggi daripada yang semestinya.—Roma 123. 17. Kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan timbang rasa dalam bentuk apa terhadap orang lain, dan karena itu, kelakuan macam apa yang akan kita hindari? 17 ”Orang yang punya kasih . . . tidak berlaku tidak sopan.” Orang yang berlaku tidak sopan bertindak dengan cara yang tidak pantas atau mengesalkan. Perbuatan semacam itu tidak pengasih karena jelas-jelas menunjukkan ketidakpedulian terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain. Sebagai kontras, di dalam kasih ada kemurahan hati yang menggerakkan kita untuk bertimbang rasa terhadap orang lain. Kasih menjunjung tata krama yang baik, tingkah laku yang saleh, dan respek terhadap rekan seiman kita. Oleh karena itu, kasih tidak mengizinkan kita terlibat dalam ”kelakuan memalukan”—ya, perilaku apa pun yang akan mengejutkan atau menyakiti hati saudara-saudara Kristen kita.—Efesus 53, 4. 18. Mengapa orang yang pengasih tidak menuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya? 18 ”Orang yang punya kasih . . . tidak mementingkan diri.” Revised Standard Version menerjemahkan bagian ini menjadi, ”Kasih tidak berkukuh pada keinginannya sendiri.” Orang yang pengasih tidak menuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya, seolah-olah pendapatnyalah yang selalu benar. Dia tidak memanipulasi orang lain, tidak menggunakan kemampuan persuasinya guna memojokkan orang-orang yang pandangannya berbeda. Kedegilan semacam itu menyingkapkan adanya kesombongan, dan Alkitab mengatakan, ”Kesombongan berujung pada kehancuran.” Amsal 1618 Jika kita benar-benar mengasihi saudara-saudara kita, kita akan menghargai pandangan mereka, dan jika mungkin, kita akan menunjukkan kesediaan untuk mengalah. Semangat untuk mengalah selaras dengan kata-kata Paulus, ”Setiap orang harus memikirkan kepentingan orang lain, bukan kepentingannya sendiri.”—1 Korintus 1024. 19. Bagaimana kasih membantu kita bereaksi ketika orang lain menyakiti hati kita? 19 ”Orang yang punya kasih . . . tidak cepat marah [dan] tidak menyimpan kekesalan.” Dia tidak mudah terpancing menjadi marah atas apa yang orang lain katakan atau lakukan. Memang, wajar jika kita kesal sewaktu orang lain menyakiti hati kita. Namun, meskipun kita memiliki alasan yang sah untuk marah, kasih tidak membiarkan kita tetap terpancing menjadi marah. Efesus 426, 27 Kita tidak akan menyimpan catatan mengenai kata-kata atau perbuatan yang menyakitkan, seolah-olah menuliskannya pada sebuah neraca lajur sehingga hal-hal itu takkan terlupakan. Sebaliknya, kasih menggerakkan kita untuk meniru Allah kita yang pengasih. Seperti yang kita lihat di Pasal 26, Yehuwa mengampuni apabila ada dasar yang benar untuk melakukannya. Sewaktu mengampuni kita, Dia melupakan dalam arti Dia tidak akan mengungkit-ungkit lagi dosa-dosa tersebut. Tidakkah kita bersyukur bahwa Yehuwa tidak mencatat kerugian? 20. Bagaimana hendaknya reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat oleh dosa dan sebagai akibatnya dia menjadi sangat menderita? 20 ”Orang yang punya kasih . . . tidak bergembira karena hal-hal yang tidak benar.” Dalam The New English Bible ayat ini berbunyi, ”Kasih . . . tidak bergembira atas dosa-dosa orang lain.” Terjemahan Moffatt berbunyi, ”Kasih tidak pernah bahagia apabila orang lain melakukan kesalahan.” Kasih tidak memperoleh kesenangan dalam hal-hal yang tidak benar, maka kita tidak menutup mata terhadap seriusnya perbuatan amoral dalam bentuk apa pun. Bagaimana reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat dosa dan sebagai akibatnya dia menjadi sangat menderita? Kasih tidak akan membiarkan kita bersukacita, seolah-olah mengatakan, ’Bagus! Biar dia tahu rasa!’ Amsal 175 Akan tetapi, kita bersukacita apabila seorang saudara yang telah berbuat salah mengambil langkah-langkah positif untuk memulihkan diri dari kejatuhan rohaninya. ”Jalan yang Jauh Lebih Baik” 21-23. a Apa yang Paulus maksudkan ketika dia mengatakan bahwa ”kasih tidak akan berakhir”? b Apa yang akan dibahas pada pasal terakhir? 21 ”Kasih tidak akan berakhir.” Apa yang Paulus maksudkan dengan kata-kata tersebut? Sebagaimana terlihat dari konteksnya, dia sedang membahas tentang berbagai karunia dari kuasa kudus yang ada di antara orang Kristen masa awal. Karunia-karunia itu merupakan tanda bahwa Allah senang dengan sidang yang baru terbentuk tersebut. Namun, tidak semua orang Kristen dapat menyembuhkan, bernubuat, atau berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah; karunia-karunia yang bersifat mukjizat tersebut pada akhirnya akan lenyap. Meskipun demikian, ada sesuatu yang akan tetap ada, sesuatu yang dapat dipupuk oleh setiap orang Kristen. Sesuatu yang lebih menonjol, lebih bertahan daripada karunia-karunia yang bersifat mukjizat mana pun. Malah, Paulus menyebutnya sebagai ”jalan yang jauh lebih baik”. 1 Korintus 1231 Apa ”jalan yang jauh lebih baik” tersebut? Jalan kasih. 22 Ya, kasih Kristen yang Paulus lukiskan ”tidak akan berakhir”. Hingga saat ini, kasih persaudaraan yang rela berkorban mengidentifikasi para pengikut Yesus yang sejati. Tidakkah kita melihat bukti adanya kasih semacam itu di sidang-sidang penyembah Yehuwa di seluas bumi? Kasih tersebut akan ada untuk selama-lamanya karena Yehuwa menjanjikan kehidupan abadi kepada hamba-hamba-Nya yang setia. Mazmur 379-11, 29 Semoga kita terus melakukan yang terbaik untuk ’terus mengasihi’. Dengan melakukannya, kita dapat merasakan kebahagiaan yang lebih besar karena memberi. Lebih dari itu, kita dapat terus hidup—ya, terus mengasihi—selama-lamanya, seraya meniru Allah kita yang pengasih, Yehuwa. Umat Yehuwa dikenal dari kasih mereka kepada satu sama lain 23 Pada pasal ini, yang mengakhiri bagian yang mengulas soal kasih, kita telah membahas tentang bagaimana kita dapat menunjukkan kasih kepada satu sama lain. Namun, mengingat betapa banyak manfaat yang kita peroleh dari kasih Yehuwa—demikian pula dari kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya—tepatlah jika kita bertanya, ’Bagaimana saya dapat menunjukkan kepada Yehuwa bahwa saya benar-benar mengasihi Dia?’ Pertanyaan tersebut akan dibahas pada pasal terakhir buku ini.
Jakarta - Ukhuwah artinya persaudaraan. Istilah ini menjadi tidak asing bila dikaitkan dengan hubungan sosial sesama umat muslim yang ingin hidup berkelompok. Berikut ini penjelasan ukhuwah dalam Ar Raghib dalam Mufradat Alfazhil Quran, kata ukhuwuah berasal dari kata akhun. Akun mengandung arti berserikat dengan yang lain karena kelahiran dari dua belah pihak atau karena persusuan. Kata ini juga menjelaskan seluruh mukmin adalah menurut Imam Hasan Al Banna, ukhuwah dapat diartikan sebagai keadaan mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa dengan ikatan akidah. Ikatan inilah yang mendefinisikan ukhuwan sebagai saudaran dengan itu, dikutip dari buku Akhlak Keagamaan Kelas XII karya Rofa'ah, ukhuwah artinya jalinan persaudaraan yang didasari dengan keimanan pada Allah dan RasulNya. Istilah lain yang kerap kita jumpai adalah ukhuwah ukhuwah Islamiyah juga sudah diterangkan dalam firman Allah QS Al Hujurat ayat 10,إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَArtinya "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."Berdasarkan ayat di atas, Allah menggunakan kata ikhwah atau saudara seketurunan untuk menjelaskan hubungan sesama umat muslim. Dilansir dari ulama Quraish Shihab dalam buku Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, hal ini untuk mempertegas jalinan hubungan antar sesama tersebut tidak hanya terjalin oleh keimanan, tetapi dibuat seakan-akan terikat dalam persaudaraan seketurunan. Sebab, menjalin hubungan yang harmonis bagi sesama muslim menjadi kewajiban bagi tiap-tiap muslim itu menjalin persaudaraan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, diperlukan tiang penyangga agar ukhuwah bisa tetap berdiri kokoh. Terutama di kalangan umat muslim. Ada 4 asas ukhuwah Islamiyah yang diajarkan dalam Islam. Ada apa saja?1. TaarufAsas ini mengandung makna saling mengenal. Namun, tidak hanya terbatas pada hal yang bersifat fisik atau identitas ringkas. Namun, mengenal lebih dalam lagi seperti, latar belakang pendidikan, budaya. keagamaan, pemikiran, ide-ide, cita-cita serta masalah TafahumArtinya saling memahami kelebihan dan kekurangan atau pun kekuatan dan kelemahan masing-masing. Bila ini tercapai, segala macam bentuk kesalahpahaman dapat Ta'awunAsas ta'awun berarti saling tolong menolong. Konsepnya bisa berupa yang kuat menolong yang lemah atau yang dirasa mampu agar menolong yang kekurangan. Melalui asas ini kerja sama akan tercipta dengan baik dan saling menguntungkan sesuai fungsi dan kemampuan TakafulAsas yang terakhir adalah saling memberikan jaminan. Artinya sesama umat muslim harus saling memberikan rasa aman dan terhindar dari kekhawatiran serta kecemasan. Jaminan ini mirip dengan asas sebelumnya, misalnya ada jaminan dari sesama saudara muslim untuk memberi pertolongan saat menghadapi penjelasan dari ukhuwah yang artinya persaudaraan dalam Islam berikut dengan 4 asasnya. Semoga dengan pemahaman ini kita dapat meningkatkan ukhuwah dengan sesama muslim ya. Simak Video "Respons Pengacara Habib Rizieq soal Jika Anies Presiden Tetap Larang FPI" [GambasVideo 20detik] rah/erd
1, 2. Mengapa Paulus menyurati orang Kristen Ibrani? PADA tahun 61 M, sidang-sidang di Israel umumnya menikmati keadaan yang damai. Meski rasul Paulus sedang dipenjarakan di Roma, ia berharap bisa segera dibebaskan. Sementara itu, Timotius baru saja keluar dari penjara, dan mereka berdua ingin mengunjungi saudara-saudari di Yudea. Ibr. 1323 Namun, mereka tidak tahu bahwa lima tahun kemudian, Yerusalem akan dikepung tentara, seperti yang Yesus nubuatkan. Pada saat itu, orang Kristen di Yudea, terutama yang tinggal di Yerusalem, harus mengikuti perintah Yesus untuk segera melarikan diri.—Luk. 2120-24. 2 Dua puluh delapan tahun sudah berlalu sejak Yesus memberikan peringatan itu. Selama itu, orang Kristen di Israel tetap setia meski ada banyak tentangan. Ibr. 1032-34 Tapi, Paulus ingin agar mereka siap menghadapi apa yang akan terjadi. Mereka akan mengalami salah satu ujian iman terbesar. Mat. 2420, 21; Ibr. 124 Mereka membutuhkan ketekunan dan iman yang sangat besar untuk menaati perintah Yesus untuk pergi agar nyawa mereka selamat. Baca Ibrani 1036-39. Jadi, Yehuwa mengilhami Paulus untuk menguatkan saudara-saudarinya melalui surat, yang sekarang disebut buku Ibrani. 3. Mengapa buku Ibrani penting bagi kita? 3 Buku Ibrani juga penting bagi umat Allah pada zaman modern. Mengapa? Situasi kita mirip dengan orang Kristen di Yudea. Kita hidup pada ”masa kritis yang sulit dihadapi”, dan banyak yang harus menanggung cobaan atau tentangan. 2 Tim. 31, 12 Kebanyakan dari kita memang menikmati keadaan yang aman dan damai serta tidak mengalami penganiayaan. Tapi, seperti orang Kristen pada zaman Paulus, kita harus waspada karena sebentar lagi, kita akan menghadapi ujian iman yang terbesar!—Baca Lukas 2134-36. 4. Apa ayat tahunan untuk 2016, dan mengapa itu cocok? 4 Apa yang harus kita lakukan agar siap? Dalam buku Ibrani, Paulus menyebutkan banyak hal yang bisa memperkuat iman. Salah satunya yang sangat penting ada di Ibrani 131, ”Hendaklah kasih persaudaraan tetap ada di antara kamu.” Ayat itu dipilih sebagai ayat tahunan 2016. Ayat tahunan untuk 2016 ”Hendaklah kasih persaudaraan tetap ada di antara kamu.”—Ibrani 131 APA KASIH PERSAUDARAAN ITU? 5. Apa kasih persaudaraan itu? 5 Apa kasih persaudaraan itu? Kata bahasa Yunani yang Paulus pakai berarti ”kasih sayang terhadap saudara”. Ini adalah perasaan yang dalam dan hangat, seperti antara anggota keluarga atau sahabat. Yoh. 1136 Kita tidak berpura-pura bersaudara dengan rekan seiman. Kita adalah saudara. Mat. 238 Paulus berkata, ”Dalam hal kasih persaudaraan, milikilah kasih sayang yang lembut seorang terhadap yang lain. Dalam hal memperlihatkan hormat, hendaklah saling mendahului.” Rm. 1210 Kata-kata itu menunjukkan betapa kuatnya kasih sayang kita kepada saudara-saudari. Karena menunjukkan kasih persaudaraan dan juga kasih agaʹpe, umat Allah saling bersahabat dan bersatu. 6. Bagi orang Kristen sejati, apa arti ungkapan ”kasih persaudaraan”? 6 Ungkapan ”kasih persaudaraan” kebanyakan muncul dalam karya tulis orang Kristen. Bagi orang Yahudi dahulu, kata ”saudara” biasanya memaksudkan kerabat atau kadang orang yang bukan keluarga. Tapi, kata itu tidak pernah memaksudkan orang non-Yahudi. Namun, sebagai orang Kristen sejati, ”saudara” kita adalah semua rekan seiman, tidak soal dari mana ia berasal. Rm. 1012 Yehuwa sudah mengajar kita untuk menyayangi satu sama lain sebagai saudara. 1 Tes. 49 Tapi, mengapa kita perlu terus mengasihi saudara-saudari? MENGAPA PENTING UNTUK TERUS MENGASIHI SAUDARA-SAUDARI? 7. a Apa alasan terpenting untuk menunjukkan kasih persaudaraan? b Apa alasan lain untuk memperkuat kasih terhadap saudara-saudari? 7 Alasan utamanya adalah karena Yehuwa meminta kita melakukannya. Kita tidak mungkin menyayangi Yehuwa jika kita tidak mau menyayangi saudara-saudari. 1 Yoh. 47, 20, 21 Alasan lainnya adalah kita membutuhkan satu sama lain, terutama selama masa sulit. Ketika Paulus menulis suratnya kepada orang Kristen Ibrani, ia tahu bahwa sebentar lagi, sebagian dari mereka harus meninggalkan rumah dan barang-barang mereka. Yesus sudah memberitahukan bahwa keadaan akan sangat sulit. Mrk. 1314-18; Luk. 2121-23 Jadi, sebelum itu terjadi, mereka perlu memperkuat kasih di antara mereka.—Rm. 129. 8. Apa yang harus kita lakukan sekarang sebelum kesengsaraan besar datang? 8 Kesengsaraan terbesar sepanjang sejarah manusia akan segera datang. Mrk. 1319; Pny. 71-3 Nanti, kita harus mengikuti petunjuk, ”Pergilah, umatku, masuklah ke kamar-kamar dalammu dan tutuplah pintu-pintu di belakangmu. Bersembunyilah untuk sesaat saja sampai pengecaman berlalu.” Yes. 2620 ”Kamar-kamar dalam” itu bisa jadi adalah sidang kita. Di sanalah kita beribadat bersama saudara-saudari kita. Tapi, kita tidak mau sekadar berkumpul bersama secara teratur. Paulus mengingatkan orang Kristen Ibrani bahwa mereka harus menasihati satu sama lain untuk menunjukkan kasih dan berbuat baik. Ibr. 1024, 25 Kita harus memperkuat kasih persaudaraan sekarang agar kita bisa tabah menghadapi cobaan apa pun di masa depan. 9. a Dengan cara apa saja kita bisa menunjukkan kasih persaudaraan? b Sebutkan contoh yang membuktikan bahwa umat Allah saling mengasihi. Lihat catatan. 9 Bahkan sekarang, sebelum kesengsaraan besar datang, kita harus menunjukkan kasih persaudaraan. Banyak saudara kita menderita karena gempa bumi, banjir, badai, tsunami, dan bencana alam lainnya. Ada juga yang menderita karena ditindas. Mat. 246-9 Selain itu, kita setiap hari merasakan kesulitan ekonomi karena hidup di dunia ini. Pny. 65, 6 Sebenarnya, semakin banyak masalah yang dihadapi saudara-saudari, semakin banyak juga kesempatan untuk membuktikan kasih kita. Meski orang-orang di dunia ini tidak saling peduli, kita harus terus saling mengasihi.—Mat. 2412. [1] CARANYA TERUS MENUNJUKKAN KASIH PERSAUDARAAN 10. Apa yang akan kita bahas sekarang? 10 Meski menghadapi masalah, bagaimana kita bisa terus menunjukkan kasih persaudaraan? Bagaimana kita bisa membuktikan bahwa kita memang menyayangi saudara-saudari? Setelah berkata ”hendaklah kasih persaudaraan tetap ada di antara kamu”, rasul Paulus memberitahukan cara orang Kristen bisa mengikuti nasihatnya itu. Mari kita bahas enam di antaranya. 11, 12. Bagaimana kita bisa menunjukkan sikap suka menerima tamu? Lihat gambar di awal artikel. 11 ”Jangan melupakan sifat suka menerima tamu.” Baca Ibrani 132. Apa artinya ”suka menerima tamu”? Kata yang Paulus pakai punya arti ”kebaikan hati kepada orang yang tidak dikenal”. Mungkin, kita langsung ingat Abraham dan Lot. Dua pria itu berbaik hati kepada tamu yang tidak mereka kenal. Abraham dan Lot belakangan tahu bahwa tamu mereka sebenarnya adalah malaikat. Kej. 182-5; 191-3 Contoh ini mengingatkan orang Kristen Ibrani untuk menunjukkan kasih persaudaraan dengan suka menerima tamu. 12 Bagaimana kita bisa menunjukkan sikap itu? Kita bisa mengundang saudara-saudari ke rumah kita untuk makan atau bergaul. Meski kita tidak terlalu kenal pengawas wilayah dan istrinya, kita juga bisa mengundang mereka. 3 Yoh. 5-8 Kita tidak perlu memasak macam-macam makanan atau mengeluarkan banyak uang. Kita ingin menguatkan saudara-saudari, bukannya membuat mereka terkesan. Dan, jangan hanya mengundang mereka yang bisa membalas kebaikan kita. Luk. 1042; 1412-14 Yang terpenting, kita tidak mau terlalu sibuk sampai tidak sempat menerima tamu. 13, 14. Bagaimana kita bisa ’mengingat mereka yang berada dalam penjara’? 13 ’Ingatlah mereka yang berada dalam penjara.’ Baca Ibrani 133. Yang Paulus maksudkan adalah saudara-saudara yang dipenjarakan karena iman mereka. Paulus memuji sidang itu karena mereka menunjukkan ”simpati kepada orang-orang yang berada di penjara”. Ibr. 1034 Beberapa saudara membantu Paulus sewaktu dia dipenjarakan selama empat tahun. Tapi, yang lainnya tinggal jauh dari sana. Bagaimana mereka bisa membantu Paulus? Mereka bisa terus mendoakan dia dengan sungguh-sungguh.—Flp. 112-14; Ibr. 1318, 19. 14 Sekarang, banyak Saksi dipenjarakan karena iman mereka. Saudara-saudari yang tinggal dekat dengan mereka bisa langsung membantu. Tapi, banyak dari kita hidup jauh dari mereka. Bagaimana kita bisa membantu dan tidak melupakan mereka? Kita bisa mendoakan mereka dengan sungguh-sungguh. Misalnya, kita bisa berdoa bagi saudara-saudari dan anak-anak yang dipenjarakan di Eritrea, termasuk Saudara Paulos Eyassu, Isaac Mogos, dan Negede Teklemariam, yang sudah dipenjarakan selama lebih dari 20 tahun. 15. Bagaimana kita bisa menghormati perkawinan kita? 15 ”Hendaklah pernikahan terhormat di antara kamu semua.” Baca Ibrani 134. Kita juga bisa menunjukkan kasih persaudaraan dengan menjaga tingkah laku kita tetap bersih. 1 Tim. 51, 2 Kalau kita melakukan hubungan amoral dengan seorang saudara atau saudari, kita menyakiti orang itu dan keluarganya. Kita juga merusak kepercayaan di antara saudara-saudari. 1 Tes. 43-8 Pikirkan juga bagaimana perasaan istri yang tahu bahwa suaminya menonton pornografi. Apakah ia akan merasa suaminya menyayangi dia dan menghormati ikrar perkawinan?—Mat. 528. 16. Apa hubungannya rasa puas dengan kasih persaudaraan? 16 ”Hendaklah kamu merasa puas dengan perkara-perkara yang ada padamu.” Baca Ibrani 135. Jika kita percaya kepada Yehuwa, kita akan merasa puas dengan apa yang kita miliki. Apa hubungannya rasa puas dengan kasih persaudaraan? Kalau kita merasa puas, kita sadar bahwa saudara-saudari kita jauh lebih berharga daripada uang atau harta. 1 Tim. 66-8 Kita tidak akan mengeluh tentang saudara-saudari atau keadaan kita. Kita tidak akan iri terhadap orang lain atau tamak. Kalau kita puas dengan apa yang ada, kita akan murah hati.—1 Tim. 617-19. 17. Jika kita tabah, kita bisa menunjukkan kasih persaudaraan. Jelaskan. 17 ’Tabahlah.’ Baca Ibrani 136. Karena percaya kepada Yehuwa, kita tabah menghadapi cobaan yang sulit. Ketabahan menghasilkan sikap yang positif. Kalau kita bersikap positif, kita bisa menunjukkan kasih persaudaraan dengan menguatkan dan menghibur saudara-saudari kita. 1 Tes. 514, 15 Bahkan selama kesengsaraan besar, kita bisa tabah karena pembebasan kita sudah dekat.—Luk. 2125-28. Apakah Saudara menghargai kerja keras para penatua bagi kita? Lihat paragraf 18 18. Bagaimana kita bisa memperkuat kasih persaudaraan kepada para penatua? 18 ”Ingatlah akan mereka yang mengambil pimpinan di antara kamu.” Baca Ibrani 137, 17. Para penatua di sidang kita menggunakan waktu pribadi mereka untuk bekerja keras bagi kita. Kalau kita merenungkan semua hal yang mereka lakukan, kita akan semakin menyayangi dan menghargai mereka. Kita tidak mau mereka stres atau tidak lagi bahagia karena sesuatu yang kita lakukan. Kita ingin taat dengan rela. Dengan demikian, kita ”menghormati mereka melebihi yang biasa dengan kasih oleh karena pekerjaan mereka”.—1 Tes. 513. ’TERUSLAH MELAKUKANNYA DENGAN LEBIH BERSUNGGUH-SUNGGUH’ 19, 20. Bagaimana kita bisa berusaha lebih keras untuk menunjukkan kasih persaudaraan? 19 Seperti pada zaman Paulus, umat Yehuwa sekarang dikenal karena mereka saling mengasihi. Tapi, Paulus menasihati saudara-saudari agar berusaha lebih keras untuk menunjukkan kasih persaudaraan. Ia berkata, ’Teruslah melakukannya dengan lebih bersungguh-sungguh lagi.’ 1 Tes. 49, 10 Jelas, kita selalu bisa memperkuat kasih persaudaraan! 20 Jadi, sewaktu melihat ayat tahunan di Balai Kerajaan kita selama tahun ini, marilah kita merenung, ’Apakah saya bisa lebih rela menerima tamu? Bagaimana saya bisa membantu saudara-saudari yang dipenjarakan? Apakah saya menghormati karunia Allah berupa perkawinan? Bagaimana saya bisa merasa puas? Bagaimana saya bisa lebih percaya kepada Yehuwa? Bagaimana saya bisa lebih mengikuti arahan para penatua?’ Jika kita berusaha untuk memperbaiki diri dalam enam bidang ini, bagi kita ayat tahunan bukan sekadar tulisan yang dipajang di tembok. Itu akan selalu mengingatkan kita untuk mengikuti nasihat Paulus, ”Hendaklah kasih persaudaraan tetap ada di antara kamu.”—Ibr. 131.
Rasulullah Saw bersabda اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِc Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan. [Muttafaq Alaihi]. Orang-orang yang beriman itu ibarat satu tubuh. Jika satu bagian sakit, yang lain ikut merasakan sakit Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata Rasulullah saw. bersabda Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. Shahih Muslim Ummat Islam itu saling menguatkan satu sama lain Hadis riwayat Abu Musa ra. dia berkata Rasulullah saw. bersabda Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain. Shahih Muslim Allah melarang ummat Islam untuk bercerai- berai “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa Jahiliyah bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,” [Ali Imron 103-105] Rasulullah saw. bersabda Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya. Shahih Muslim Orang yang belas kasihan akan dikasihi Arrahman Yang Maha Pengasih, karena itu kasih sayangilah yang di muka bumi, niscaya kamu dikasih-sayangi mereka yang di langit. HR. Bukhari Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Kamu tidak dapat masuk surga kecuali harus beriman dan tidak beriman kecuali harus saling menyayangi. Maukah aku tunjukkan sesuatu bila kamu lakukan niscaya kamu saling berkasih sayang? Sebarkan salam di antara kamu. HR. Muslim Silahkan baca “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab Al Quran kepada kamu. Di antara isi nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain ayat-ayat mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali Imran 7] Dari Abdullah Ibn. Mas’ud ra meriwayatkan bahwa baginda Rasulullah SAW bersabda “Maukah Aku khabarkan kepadamu siapakah orang yang diharamkan dari api neraka ? Dan api neraka tidak akan menyentuhnya. Mereka adalah orang yang menghampiri orang lain dengan lemah lembut, berlebih kurang dan baik hati.” HR Tirmidzi “Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” Bukhari muslim no. .64,97, Tirmidzi Nasa’I 4037, Ibnu Majah Ahmad Agar tidak berpecah-belah, hendaknya kita berpegang pada Al Qur’an dan Hadits. Sabda Rasulullah Saw “Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”HR Ibnu Abdilbarri Kemudian ikuti juga ijma’ kesepakatan para ulama yang terdahulu seperti Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi’I, dan Imam Hambali. Para Imam tersebut meski kadang berbeda pendapat, namun tidak mengkafirkan atau saling cela satu sama lain. Para Imam itulah yang hendaknya kita ikuti “Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan ummatku atau ummat Muhammad berkumpul besepakat di atas kesesatan” Tirmidzi Ahmad 6/396 Tak jarang ummat Islam terpecah ke dalam kelompok-kelompok kecil yang saling bertikai satu sama lain. Mereka larut dalam fanatisme golongan Ashobiyyah Ka’ab bin Iyadh Ra bertanya, “Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?” Nabi Saw menjawab, “Tidak, fanatisme Ashabiyah ialah bila seorang mendukung membantu kaumnya atas suatu kezaliman.” HR. Ahmad Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ashabiyah HR Abu Dawud. Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan bahwa orang yang mati dalam keadaan ashobiyah membela kelompoknya, bukan Islam, maka dia masuk neraka. Ada yang ashobiyyah dalam hal kebangsaan/nasionalisme. Hingga sesama Muslim karena beda Negara, Misalnya Malaysia dengan Indonesia, jadi saling ejek bahkan pernah perang sebelumnya. Padahal baik Negara Malaysia mau pun Indonesia 100 tahun lalu belum ada Indonesia baru ada tahun 1945 dan 100 tahun ke depan pun belum tentu masih ada. Buktinya Timtim sudah lepas dan Negara Uni Soviet yang besar saja sudah runtuh. Sedang Islam, ribuan tahun tetap ada. Bahkan di akhirat pun insya Allah tetap ada. Ada juga sebagian Muslim yang memecah-belah agama Islam jadi beberapa aliran. Tak jarang ada yang khawarij yang menyatakan hanya kelompoknya saja yang benar, sedang ummat Islam lain di luar kelompoknya mereka anggap sesat “Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum32] “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Al An’aam159] Mereka menamakan kelompoknya masing-masing dengan nama tersendiri selain Muslim. Dengan nama selain Muslim itulah mereka bangga-banggakan kelompoknya sambil menista kelompok lain. Padahal Allah telah menamakan kita sebagai Muslim Dia Allah telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu..” [Al Hajj 67] Padahal Allah menamai kita Muslim dan menyuruh kita berdoa agar diwafatkan sebagai seorang Muslim رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ “…Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu.” [Al A’raaf 126] Oleh karena itu mari kita kembali ke jalan yang lurus. Lupakan ashobiyyah / fanatisme golongan. Sebaliknya mari hidupkan ukhuwah Islamiyyah karena ummat Islam itu bersaudara dan seperti satu tubuh yang saling menguatkan satu sama lain. Tempatkan Islam di atas yang lain termasuk kepentingan kelompok. Rasulullah saw, bersabda “Barangsiapa yg di kehendaki baik oleh Allah.., niscaya akan di karuniai seorang sahabat yg soleh. Jika ia sedang lupa, maka sahabatnya yg saleh itu mengingatkannya. Dan jika ia sedang ingatsadar, maka sahabatnya yg saleh itu mau membantu menjaga serta mengawasinya.” Hr. Abu Daud Rasulullah saw, bersabda “Jika seorang muslim MENDOAKAN saudara muslim lainnya maka MALAIKAT berkata AAMIIN dan bagimu pula KEMULIAAN sebagaimana DOA yang kau doakan untuk SAUDARAMU.” HR Muslim Allah Azza wajalla mewajibkan tujuh hak kepada seorang mukmin terhadap mukmin lainnya, yaitu 1 melihat saudara seimannya dengan rasa hormat dalam pandangan matanya; 2 mencintainya di dalam hatinya; 3 menyantuninya dengan hartanya; 4 tidak menggunjingnya atau mendengar penggunjingan terhadap kawannya; 5 menjenguknya bila sakit; 6 melayat jenazahnya; 7 dan tidak menyebut kecuali kebaikannya sesudah ia wafat. HR. Ibnu Baabawih Allah Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi “Kebesaran kesombongan atau kecongkakan pakaianKu dan keagungan adalah sarungKu. Barangsiapa merampas salah satu dari keduanya Aku lempar dia ke neraka jahanam.” HR. Abu Dawud kirimanseorangteman.
in Populer, Renungan Views 16194 Likes 0 Renungan Minggu 16 Agustus 2020 BERKARYA BERSAMA DALAM PERSAUDARAAN YANG RUKUN DENGAN SESAMA Mazmur 133 1-3 “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.” Mazmur 133 1 Dipimpin oleh Pdt. Simon Rachmadi, Ada nasihat dalam budaya Jawa, sayuk rukun saiyeg saeka praya. Nasihat ini artinya bekerja sama dengan rukun demi mencapai hasil bagi kepentingan bersama. Nasihat lain yang barangkali lebih sering terdengar, rukun agawe santosa, crah agawe bubrah. Nasihat ini berarti kerukunan membawa kesejahteraan, sebaliknya pertikaian mendatangkan kehancuran. Nasihat semacam ini senada dengan ungkapan “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Nasihat ini pada dasarnya menggambarkan keutamaan kerukunan dalam kehidupan bersama. Tentu saja, pada dasarnya manusia selalu ingin bisa hidup rukun dalam komunitas sosialnya. Memangnya ada manusia yang selalu ingin mencari keributan? Namun demikan dalam komunitas yang lebih majemuk, kerukunan satu dengan yang lain, tidaklah otomatis terjadi, tetapi harus diupayakan. Panggilan untuk hidup dalam kerukunan juga digemakan oleh sang pemazmur. Suku-suku di Israel rentan juga terhadap konflik antarsuku. Semakin kuat konflik di antara mereka, tentu semakin lemah pertahanan mereka terhadap serangan dari bangsa-bangsa sekitar Israel. Sebaliknya, semakin rukun kehidupan mereka, semakin kuat pula pertahanan mereka. Bagi sang pemazmur, dampak hidup rukun sangat besar, tidak hanya dirasakan oleh satu suku di Israel, melainkan kedua belas suku yang ada di Israel. Itulah sebabnya sang pemazmur menuliskan hidup bersama dengan rukun bagaikan minyak yang tidak hanya meresap di kepala saja, tetapi juga sampai di janggut dan leher. Kerukunan bagaikan embun yang menetes tidak hanya di gunung Hermon, tetapi juga di gunung-gunung lainnya. Meski demikian, sang pemazmur tidak melihat kerukunan sekadar masalah pertahanan hidup survival menghadapi serangan bangsa-bangsa lain, melainkan juga janji Tuhan. Bangsa yang rukun adalah bangsa yang diberkati Tuhan. Ia mengatakan,”Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” Bagi bangsa kita, hidup rukun dengan sesama menjadi kebutuhan primer. Kemajemukan suku bangsa, bahasa, dan agama tidak akan bisa dikelola dengan baik kalau masyarakat tidak mau membiasakan hidup bersama dengan rukun. Masing-masing budaya, suku bangsa, dan agama memiliki nasihat dan hikmat hidup dalam kerukunan yang bisa digali dan diwujudkan dalam kehidupan bersama di negara Indonesia ini. Hal ini perlu diwujudkan karena kita mendambakan negara Indonesia yang tetap lestari dalam kemajemuka , dan karena kita yakin inilah panggilan iman kita juga di negara Indonesia tercinta ini. Amin. Oleh Pdt. Agus Hendratmo, Copyright © 2022 Media Komunikasi GKJ Nehemia All Rights Reserved
ilustrasi tentang persaudaraan yang rukun